Translate

Kamis, 26 Juli 2018

Terbelenggu di Tanah Kemerdekaan

         Apakah kamu pikir,kamu telah merdeka? Merdeka yang seperti apa dan yang bagaimana,sehingga kamu berani mengatakan bahwa kamu telah merdeka? Apakah merdeka yang kamu maksud adalah kamu telah bebas dari penjajahan kolonial yang selama ini telah hidup seenaknya ditanah kelahiran kita ini? Jika,ukuran kemerdakaanmu yang seperti ini.Aku katakan bahwa kamu memang telah merdeka. Namun ,aku berpikir bahwa kemerdekaan itu tidak hanya tentang Bangsa ini yang terlepas dari penjajahan kolonial di masanya. Sungguh, kemerdekaan itu lebih dari itu semua. Kemerdekaan yang sebenarnya yang harus ada saat ini, erat kaitannya dengan diri sendiri . Kamu harus percaya dan yakini ini.

Kemerdekaan itu adalah kamu dan kamu adalah kemerdekaan itu sendiri.

MAKNA PERUMPAMAAN BENIH DITABUR

Jumat, 27 Juli 2018

YEREMIA 3:14-17
YEREMIA 31:10-13
MATIUS 13:18-23


Matius 13:23
Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. 

Bacaan Injil Matius hari ini mengenai makna perumpamaan tentang seorang penabur yang menaburkan benih. Mari kita simak penjelasan Yesus tentang benih yang ditaburkan itu ada yang jatuh :
1. di pinggir jalan
2. di tanah yang berbatu-batu
3. di tengah semak berduri
4. di tanah yang baik

1. BENIH JATUH DI PINGGIR JALAN
Ayat 19
setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.

Jika tidak serius menanggapi firman Tuhan yang didengarnya dan bukan merupakan prioritas utama dalam hidupnya maka tidak heran tipu daya Iblis menawarkan kenikmatan hidup duniawi memperdaya dirinya dan dengan mudah ia berpaling dari kebenaran firman Tuhan.

Minggu, 22 Juli 2018

Sudut Pandang yang Baru Tentang Merdeka

        Kumandang “Merdeka !!!!” akan mulai bergema. 17 Agustus menjadi tanda bersatunya rakyat tanpa mengenal ras, agama, maupun budaya, di negara bersemboyan BHINEKA TUNGGAL IKA, Indonesia. Dan inilah caraku memaknai hari kemerdekaan dengan cara berfikirku.

1. Caraku berfikir tentang “Merdeka”
Merdeka yang berasal dari bahasa sangsakerta yaitu “Mahardika” yang memiliki arti kaya, makmur, dan kuat. Sebagian besar mereka mengartikan kemerdekaan sebagai sebuah kebebasan. Besas dari belenggu kekuasaan asing dan mampu bediri sendiri, ditopang rakyat yang mendukung terciptanya negara yang bernama dan diakui dimata dunia. Merdeka yang aku fikirkan tidak hanya soal sebuah negara, tapi juga kebebasan bagi tiap-tiap individu. Kebebasan yang dilandasi atas pemikiran. Tidak hanya kebebasan dalam hal menuntut hak yang ingin didapat, melainkan juga kebebasan untuk menunaikan apa yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab. Bebas mengungkapkan pendapat berarti juga wajib mendengarkan pendapat.

Perantau di Ujung Jalan

             Manusia itu terlahir sebagai makhluk yang tidak tahu apa-apa. Tapi Allah memberinya akal sebagai modal untuk mempelajari ilmu. Kau diberi akal untuk meninggalkan kampung halaman. Untuk mencari ilmu atau kehidupan yang lebih luas lagi. Sepanjang perjalanan dalam perantauan kau pernah terjatuh lalu kemudian bangkit. Bangkit bukan karena malu. Melainkan bangkit karena itulah satu-satunya pilihan yang takkan membuatmu mati dalam raga yang bernafas. Kau sudah terlalu biasa untuk berjalan sendiri. Bahkan jatuh pun kau harus bangkit sendiri. Bukan kau tak punya teman ataupun keluarga. Tapi bagimu merepotkan orang lain tidak ada dalam prinsip. Kau tak ingin mati dalam kegagalan meskipun kau bernapas.